Hits: 14
Annisa Rahmi
Pijar, Medan. Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) sukses menggelar sebuah Perayaan Hari Besar Bahasa Arab Internasional di panggung Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU). Kegiatan ini berlangsung selama dua hari pada tanggal 18 hingga 19 Desember 2018.
Perayaan tahun ini mengusung tema “Reposisi Eksistensi Bahasa Arab Sebagai Peradaban Dunia”. Lewat tema yang diangkat, pihak IMBA ingin mereposisi dan mengembalikan lagi bahwa citra Bahasa Arab tersebut di mata dunia. Bahwa Bahasa Arab tersebut tidak boleh mati dan terus dibangkitkan. Karena Bahasa Arab telah menjadi bahasa internasional nomor dua setelah Bahasa Inggris. Maka terlepas dari apa agama kita, siapa kita, di mana kita lahir maka kita juga harus belajar Bahasa Arab.
Di hari pertama, perayaan diawali dengan pawai yang menggunakan kostum seperti masyarakat Arab sembari mengelilingi USU. Agenda dibuka oleh Prof. Dr. Ikhwanuddin, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya. Pawai pun diadakan untuk meyemarakkan acara kali ini.
Setelah pawai, terdapat berbagai kegiatan seperti lomba. Ada tiga perlombaan yang dilakukan di antaranya; Esai Bahasa Arab, Pidato Bahasa Arab, Vokal Solo Bahasa Arab serta hiburan lainnya. Perlombaan ini diperuntukan kepada seluruh Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Namun, tidak menutup kemungkinan terbuka juga untuk umum.
Kegiatan di hari kedua terdapat gelar wicara inspiratif bagaimana Bahasa Arab di mata orang-orang berpresatasi, kemudian juga terdapat perlombaan lokakarya kaligrafi yang diselenggarakan di Gedung H. Anif.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahun namunnya, yang berbeda pada tahun ini adalah diadakannya perlombaan.
Sultan Salman selaku koordinator acara Perayaan Hari Bahasa Arab tersebut berharap bahwa harus ada insan-insan milenial yang sadar dan menjaga keutuhan Bahasa Arab. “Bahasa Arab harus terus kita lestarikan bersama-sama, apapun basic kita, siapapun kita harus belajar Bahasa Arab. Karena Bahasa Arab merupakan bahasa dari awal adanya manusia sampai akhir adanya manusia, jadi itu Bahasa Arab, ” tegasnya.
Salah satu mahasiswa dari Sastra Arab, Sulisniati berpendapat bahwa acara pawai yang dihadirkan seharusnya mampu lebih meriah lagi. “Acara ini belum cukup meriah, mungkin pawainya juga bisa diperbesar bukan hanya keliling usu saja, mungkin bisa dimeriahkan lagi,” ungkapnya.
Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang