Hits: 34
“Ternyata Keduta-dutaan ini memiliki unsur kecanduan, di kedutaan dapat pengalamannya dan bisa ketemu dengan speaker-speaker yang luar biasa”-Fandy Matondang
Nadia Lumongga Nasution
Pijar, Medan. Pintar, Berwawasan luas, dan berpenampilan menarik merupakan beberapa syarat jika ingin bergabung ke dalam pageant dan tentu mencerminkan sosok Muhammad Azhar Afandy Matondang yang biasa disapa Fandy.
Pria kelahiran 14 September 1997 ini merupakan mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (FP USU) angkatan 2015. Berbagai ajang pageant atau yang lazim disebutnya dengan keduta-dutaan telah ia ikuti, mulai dari Duta Bahasa Sumut, Duta Mahasiswa USU, hingga Duta GenRe Sumut.
Sebelum terjun ke dunia pageant, Fandy aktif bergabung di Band dan Marching Band sekolahnya. Ketika ditanya mengapa membanting stir, Fandy mengatakan awalnya karena melihat teman yang sudah lebih dulu terjun ke dunia pageant, mereka terlihat lebih berpengalaman dan berprestasi, hal itulah yang membuatnya berpikir ‘apakah aku bisa seperti mereka?’ dan saat ia mencobanya, ia langsung menang. Begitulah awal manis dari gelar 4th Runner Up Duta Bahasa Sumut sekaligus Duta Bahasa Favorit Sumut 2017 ini.
Dunia keduta-dutaan memiliki efek candu baginya karena ketika yang lain harus bayar mahal untuk pelatihan sejenis, ia malah dapat sepaket pelatihan dan pengalaman tak berbayar. Tak berhenti di Duta Bahasa, Fandy pun meneruskan dunia keduta-dutaannya di Duta Mahasiswa USU. Ia mencari tahu apa permasalahan yang sering dihadapi anak USU dengan melakukan survei kecil-kecilan. Dengan program kerja yang bagus dan keterampilan public speaking yang dimiliki, Fandy berhasil menjadi Duta Mahasiswa Putra USU 2017 dan sekaligus menjadi yang pertama dalam ajang ini.
“Duta mahasiswa ini adalah perwakilan suara mahasiwa dan representasi mahasiswa. Jadi lewat duta mahasiswa ini kami fokus ke mahasiswa yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi. Kami beri seminar motivasi, kiat-kiat lulus SBM, SNM. Serta kami juga aktif di kegiatan sosial, seperti kemarin kami berkunjung ke Sinabung gak hanya beri bantuan semata tapi kami juga beri pendidikan,” tutur lelaki asal Rantau Prapat, Sumut.
Kini, mahasiswa tingkat akhir FP USU ini menjabat sebagai Duta GenRe Sumut Jalur Masyarakat. Namun sebelum meraih gelar tersebut, drama pun sempat menghampirinya. PKL di lokasi yang jauh dan tidak terjangkau sinyal sedangkan kegiatan sosialisasi harus sering dilakukan sebelum masuk ke karantina sempat membuatnya ingin menyerah di tengah jalan. Namun, dukungan teman-temannya berhasil membangkitkan kembali semangat pria 21 tahun ini dan mengejar semua kegiatan prakarantina dalam waktu seminggu. Seperti kata pepatah tiada usaha yang mengkhianati hasil, gelar Duta GenRe Sumut Jalur Masyarakat pun berhasil ia raih.
“Di GenRe kami enggak cuma cari selempang, di sini kami kerja nyata. Dari GenRe kami jadi lebih tahu permasalahan anak muda, melatih kepercayaan diri, dan public speaking kita karena sering sosialiasi, bicara dihadapan orang banyak,” ucap Fandy.
Selain di dunia keduta-dutaan, Fandy juga aktif di organisasi kampus seperti Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) FP USU dan Karang Taruna “Pancasila” Labura.
“Prinsip aku itu bagaimana mengutamakan pendidikan dan memprioritaskan karir. Jadi semua diutamakan, di kedutaan kan ada kontrak jadi harus tahu kapan ada di kedutaan kapan ke kampus. Program kerja diutamakan, tetapi kalau ada program tambahan yang kalau gak diikuti gapapa, aku lebih milih kuliah. Mahasiswa harus tahu gimana bagi-bagi waktu,” tambahnya..
Alumni MAN 1 Medan ini juga berpesan pada anak muda, bahwa yang harus ditanamkan itu kuliah bukan hanya sekedar datang, belajar, lalu pulang. Masih banyak yang bisa kita lakukan dengan bergabung di organisasi. Kalau kita menerapkan kuliah dengan datang, belajar, lalu pulang, maka kita mempersiapkan diri hanya untuk tamat dengan IPK tinggi bukan tamat dengan relasi yang tinggi.
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)