Hits: 6
Nadya Htg
Pagi ini,
Aku masih mengenakan pakaianku.
Melangkahkan kaki yang seoalah diulang kembali.
Kau, berusaha seolah ingin aku mengolah kata-katamu.
Selangkahku.
Aku yakin akan lelah meyakinkan bayanganku untuk terus melangkah,
Tanpa membayangkan dirinya sebagai seseorang yang ia bayangkan dirinya.
Bertubi memerangi permainan-permainan fragmen cermin berdefinisi filosofi hidup itu,
Terhadap peranku sebagai benteng pertahanan terkokoh.
Selangkahku.
Berhentilah. Sejenak saja.
Melepas kaki yang pernah kau sajikan sebagai ruang bernama semesta.
Ketakutan menjajah mimpimu.
Ketakutan menjajah semestamu.
Selangkahku.
Hentakan-hentakanmu menyempurnakan kebingungan.
Dengan angan dan mimpi-mimpimu,
Dengan cinta, dan dan dengan dirimu yang semakin banyak.
Kenyataanmu adalah mimpi yang tidak pernah terbangun.
Mimpi tanpa bercerita.
Bahkan mungkin tidak pernah tertidur.
Selangkahku.
Harus aku yang mati?
Atau kau biarkan aku dalam keadaan sungguh-sungguh sekarat?
Meresapi sayatan-sayatan langkahmu dan kau lukiskan sebuah senyuman janin dari rahim mayat di dalam makam?
Selangkahku.
Kau. Aku. Kau. Aku. Aku. Kau.
Aku bersumpah dengan segala takdir,
Kau penyempurnaan dari apa yang telah menjadi tujuan.
Buka matamu dan saksikan bayanganmu dalam segala bayangan.
Selangkahku.
Tak lagi selangkah.
Tertatih kuberlari kencang.
Biarkan semburan darah dalam luka.