Hits: 493
Nadya Divariz Bhayitta Syam / Fatin Faiza Siregar
“Kalian boleh saja sedih, tapi tidak boleh terlalu sedih. Kalau kalian selalu sedih waktu memikirkan aku, bagaimana kalian bisa mengingat aku?”
PIJAR, Medan. Ways to Live Forever dilahirkan bukan sebagai novel seperti yang lazim kita kenal, melainkan sebuah buku harian. Buah cipta pertama Sally Nicholls ini bercerita tentang Sam McQueen, bocah laki-laki yang polos dan jujur dalam bercerita. Buku ini layaknya buku harian Sam yang berisi daftar-daftar, cerita-cerita, foto-foto, berbagai pertanyaan dan fakta yang dikumpulkan Sam.
Sam adalah anak laki-laki berumur sebelas tahun yang suka terhadap fakta-fakta, ingin menaiki balon Zeppelin dan penasaran tentang kematian. Sam mengidap Leukimia Lymphoblastic akut dan ia membutuhkan jawaban atas berbagai pertanyaannya sebelum hidupnya berakhir.
Sam selalu senang bila pergi “sekolah”. Berbeda dengan sekolah pada umumnya, “sekolah” ini hanya memiliki Sam dan Felix sebagai murid. Pada hari pertama ‘sekolah’ dengan Mrs. Willis setelah Natal, Sam dan Felix yang tidak suka belajar diminta untuk mengarang.
Sam menulis tentang dirinya, sekitarnya dan semua hal yang ingin ia ketahui. Tapi ia tidak bisa menanyakan pada Mum, Dad ataupun Ella. Mum terlalu mudah sedih, Dad tidak pernah berhenti membaca koran dan masuk kantor, sedangkan Ella menyebalkan. Felix juga sering menertawakan tulisan Sam tapi tetap membantunya. Hanya Mrs. Willis yang bisa membantu, tapi Sam tidak bisa selalu mengandalkannya.
Felix merupakan sahabat terbaik yang dipunyai oleh Sam. Berbeda dengan Sam, Felix sangat agresif. Memperdebatkan hal-hal kecil sudah menjadi kebiasaan mereka berdua. Walaupun begitu, Sam selalu senang bila bersama sahabatnya itu. Felix merasa bersemangat saat membantu Sam dalam mewujudkan hal-hal yang Sam inginkan sebelum mati.
Selain Felix ada juga Mum, Dad, Ella, Ms. Willis dan Granny yang membantunya dalam mewujudkan apa yang ia inginkan dengan cara mereka sendiri. Sam memiliki beberapa pertanyaan yang sederhana namun sulit untuk dijawab dengan logika. Seperti bagaimana kita tahu bahwa kita sudah mati? Atau mengapa Tuhan membuat anak-anak jatuh sakit? dan masih banyak lainnya. Jawabannya juga ia dapat lewat diskusi dengan Felix, bertanya kepada orang sekitarnya atau sekedar pemahaman dirinya.
Sam merahasiakan buku yang ia tulis kepada keluarga. Alasannya simple, ia tak ingin keluarganya sedih. Walaupun akhirnya, Sam tetap memberitahukan hal tersebut kepada Mum dan Dad. Bahkan di bukunya, ia menambahkan kuesioner yang dapat diisi keluarganya mengenai kematiannya.
Ways to Live Forever dikemas sederhana namun tidak sesederhana itu pembaca dapat menafsirkaannya. Sally Nicholls mengambil sudut pandang orang pertama dalam menulis buku ini. Pembaca dapat melihat bagaimana perasaan sesungguhnya dari seorang anak yang mengalami penyakit mematikan. Bagaimana cara orang disekitar bersikap kepadanya, cara berbicara, perasaan orang sekitar dan lainnya.
yang jernih tentang kehidupan dan kematian membuat buku ini menjadi salah satu buku yang paling membangkitkan semangat dalam menghadapi salah satu fakta kehidupan yang tidak terelakkan. Itu semua tersusun dengan rapi dan menarik, layaknya mendengar anak kecil bercerita tentang kesehariannya.
Sam menyukai fakta-fakta dan Sam sadar bahwa faktanya, tubuh Sam sudah lelah. Sam terlalu sering lelah dan mengantuk. Tubuhnya terasa bukan miliknya lagi. Namun Sam bahagia karena seluruh bucket list–nya terpenuhi. Tapi masih ada satu pertanyaan yang belum terjawab.
Apakah dunia ini masih ada setelah aku tidak ada?
(Redaktur Tulisan: Viona Matullessya)