Catur Adinugroho: Sanitasi Belum Menjadi Prioritas

Hits: 9

Staff Direktorat Permukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Maraita Listyasari, sedang memberikan informasi akan pentingnya hidup bersih dan sehat. Foto : Nadya Vristissya.

Pijar,Medan. Mungkin tidak asing lagi jika kita melihat warga menggunakan sungai sebagai tempat mencuci pakaian, mandi, dan Buang Air Besar (BAB). Kita mungkin menganggap wajar hal tersebut dengan alasan klasik, bahwa warga yang menggunakan sungai sebagai tempat Mandi,Cuci,Kakus (MCK) dikarenakan tidak memiliki akses air bersih sehingga hal tersebut sudah menjadi kebiasaan warga dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Tetapi, apa yang dapat kita bayangkan jika sebagian besar warga tersebut menggunakan air kecoklatan itu untuk mencuci peralatan makan atau bahkan bahan masakan untuk dimakan?

Bagi yang menyadari pentingnya hidup sehat dan bersih, hal tersebut akan terdengar sangat tidak biasa. Namun ini adalah realita yang terjadi pada masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pinggiran dan masyarakat desa. Sistem air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi persoalan mendasar sehingga mendorong masyarakat memilih untuk menggunakan air yang tersedia di sungai untuk aktifitas MCK. Tidak banyak yang menyadari bahaya kuman atau bakteri bebas tak kasat mata yang bisa mengancam kesehatan mereka kapan saja.

Dalam kunjungannya ke kota Medan, Staff Direktorat Permukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Maraita Listyasari mengutarakan hasil observasi yang telah dilakukan tentang kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih sangat rendah terhadap bahaya penggunaan air yang telah tercemar. Menurutnya, sulit untuk mendobrak perilaku masyarakat yang sudah membudaya apalagi bagi mereka yang telah menggeluti cara hidup tersebut selama bertahun-tahun hingga terwariskan kepada generasi selanjutnya.

Sebuah program Nasional yaitu Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) telah dirancang pada tahun 2008 untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan air dan sanitasi melalui program pendekatan dan pemberdayaan. Namun program ini tidak dapat berjalan dengan lancar karena minimnya informasi dan sosialisasi oleh pemerintah daerah. Staff Sekretariat STBM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), Catur Adinugroho mengatakan program ini baru dapat dilaksanakan di 8.000 desa di Indonesia. Sementara itu, lebih lanjut ia mengungkapkan data yang dimiliki Kemenkes RI yang menunjukkan bahwa program STBM ini baru dijalankan delapan desa di Sumatera Utara. “Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi belum menjadi prioritas sehingga pada tahun 2013 kami menargetkan penerapan STBM ini dapat dijalankan di 16.000 desa di Indonesia ” ujarnya dalam kunjungan ke Medan pada Kamis siang (13/12).

Berangkat dari persoalan tersebut maka terbentuklah Komunitas Jurnalis Peduli Sanitasi (KJPS) yang didirikan pada Oktober 2012 lalu pada saat Pelatihan Jurnalistik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang diselenggarakan oleh USAID dan HIGH FIVE. Ketua KJPS, Zulnaidi mengatakan forum ini terbentuk agar para jurnalis memiliki pengetahuan tentang sanitasi, sehingga dapat mengemas isu sanitasi menjadi issue yang seksi untuk dikonsumsi berbagai kalangan. “Masyarakat masih kurang peduli dengan sanitasi, sementara sanitasi ini menyangkut kepentingan umum”.ujarnya.

Selanjutnya Maraita Listyasari juga menambahkan upaya-upaya yang dilakukan agar masayarakat dapat mengubah perilaku hidup bersih.Menurutnya, membudayakan pola hidup bersih dan sehat masih menjadi milik sebagian orang saja. Kepentingan untuk menerapkan prilaku hidup sehat dan bersih belum benar-benar diterapkan dengan baik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pinggiran dan masyarakat desa.

“ Membuat mereka sadar sangatlah mudah , namun yang menjadi tantangan adalah membuat mereka  terus mempertahankan untuk berperilaku sehat dan memelihara sanitasi dilingkungannya secara berkelanjutan” tukasnya saat menyampaikan materi dalam Media Gathering yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesehatan High Five. [nk]

 

Leave a comment