Hits: 45
Yabes Bendhard Sihombing / Lowla Santa Claudia Manurung
“Kalau bisa jangan buru-buru,
kalau bisa jangan ada dulu”
Pijar, Medan. Perpisahan kerap dialami oleh setiap manusia, sebuah hal yang tidak dapat dielakkan dari kehidupan. Setiap individu di dalam hidup mereka pastinya memiliki rumah untuk kembali, seorang insan yang dipercayai dan dicintai. Namun, bagaimana jika insan terindah tersebut harus berpisah dan menghilang di dalam hidup kita? Kesedihan seperti apa yang akan kita alami?
Semuanya dapat terjawab melalui lagu “Satu Bulan” oleh Bernadya yang rilis pada 8 September 2023. Lagu ini merupakan bagian dari album Bernadya yang bertajuk Terlintas. Lagu “Satu Bulan” ini menjadi terkenal di TikTok karena liriknya yang banyak menggambarkan suara hati orang-orang tentang perpisahan. Lagu ini juga telah mencapai 27 juta pendengar di channel YouTube Bernadya.
Lagu “Satu Bulan” banyak diminati oleh kalangan muda karena liriknya yang relate dengan kisah cinta, yang mana kerap terjadi keributan kecil dan berujung perpisahan. Lagu ini bercerita tentang suatu hubungan yang sudah lama dijalani, tetapi mereka tiba-tiba berpisah, dikarenakan tidak adanya jalan keluar bagi setiap masalah yang mereka alami di dalam hubungan tersebut. Selain itu, melalui lagu ini Bernadya juga ingin menyampaikan bagaimana perasaan penulis yang telah tergantikan oleh orang lain, padahal perpisahan mereka belum ada satu bulan.
“Belum ada satu bulan”
“Ku yakin masih ada sisa wangiku di bajumu”
‘“Namun kau tampak baik saja”
“Bahkan senyummu lebih lepas”
“Sedang aku di sini hampir gila”
Melalui potongan lirik ini, Bernadya bertanya-tanya padahal baru satu bulan mereka berpisah, tetapi mengapa mantan pasangannya tampak baik-baik saja? Bahkan, lebih bahagia daripada dirinya yang tidak baik-baik saja di tengah kekacauan, yang ada di dalam hubungan mereka. Kebingungan dan pertanyaan mengapa terus-menerus terlintas di dalam benak.
“Bohongkah tangismu sore itu di pelukku?”
“Nyatanya pergiku pun tak lagi mengganggumu”
“Apa sudah ada kabar lain yang kau tunggu?”
Apakah semuanya hanyalah dusta semata? Apa arti tangisanmu sore itu? Semuanya tidak mengganggumu? Sudahkah ada orang lain? Pertannyaan-pertanyaan tersebut terus terlintas di dalam pikiran penulis. Sebuah pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang pasti.
“Sudah adakah yang gantikanku?”
“Yang khawatirkanmu setiap waktu?”
“Yang cerita tentang apapun sampai hal-hal tak perlu?”
“Kalau bisa jangan buru-buru,
kalau bisa jangan ada dulu”
Pertanyaan-pertanyaan lainnya yang tidak memiliki jawaban pasti selalu melekat dan berputar-putar di benak penulis. Dalam potongan lirik tersebut, penulis menunjukkan bahwa tidak rela mantan pasangannya memiliki seseorang pengganti dirinya, tidak untuk di waktu yang secepat ini. Tolong jangan ada dulu pengganti diriku untuk saat ini, sebuah kesimpulan dalam kegaduhan pikiran penulis.
Perpisahan bukanlah sesuatu yang dapat dihindari dalam kehidupan. Adanya pertemuan akan selalu menimbulkan sisi lainnya, yakni perpisahan. Kegaduhan di dalam hati dan pikiran akan perpisahan orang terkasih merupakan hal normal yang terjadi di hidup. Tidak ada yang salah dalam mengekspresikan keadaan hati serta pikiran mengenai perpisahan dengan orang terkasih.
(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)