Hits: 88

Dira Claudia Bahroeny

Pijar, Medan. Mungkin saat ini banyak masyarakat awam yang tidak mengetahui keberadaan bela diri tradisional asal Desa Wisata Kubu Gadang ini, namanya silek lanyah. Kalau kita artikan, kata silek berarti silat dan kata lanyah berarti tempat yang berlumpur. Maka silek lanyah memiliki arti silat yang dilakukan di tempat yang berlumpur, hal itu sesuai dengan keadaan di dunia nyata. Olahraga ini memang dilakukan di tempat yang berlumpur, biasanya sawah menjadi arena pertandingannya.

Dahulu, setelah masyarakat selesai menanam padi, pemuda setempat senang menunjukkan kebolehannya di sawah. Sebagian bermain bola, yang lain ada juga yang beradu silat. Mereka pecaya bahwa pesilat yang tidak mampu bertarung di atas lumpur harus dipertanyakan lagi kemampuannya. Jurus silat yang rumit ditambah dengan kaki berada di dalam kubangan lumpur membuat kekokohan dan keseimbangan pesilat sangat diuji di sini.

Gerakan dari silek lanyah sendiri merupakan hasil modifikasi dari silek tuo gunuang yang merupakan aliran silat mematikan dan hanya digunakan untuk penjagaan diri. Dengan mengubah sedikit warnanya, silat yang awalnya tidak untuk dipertontonkan kepada khalayak umum kini bisa dinikmati menjadi sebuah pertunjukan yang menarik.

Selain itu, ide melakukan atraksi silat di lahan sawah yang telah dipanen terinspirasi dari atraksi pacu jawi asal Kabupaten Tanah Datar. Hingga sekarang, atraksi ini lekat dengan Desa Wisata Kubu Gadang.

Keunikan olahraga ini membuat Desa Kubu Gadang dikembangkan menjadi desa wisata pada tahun 2014. Ini merupakan inisiasi dari Yuliza Zen, seorang warga yang ingin membungkus suatu kebudayaan lokal menjadi atraksi yang memukau. Berkat dedikasi para golongan muda, setidaknya ada 100 wisatawan yang mengunjungi desa ini tiap bulannya. Walau jumlahnya kian menurun selama pandemi berlangsung.

Pelestarian kebudayaan silek lanyah sangat memengaruhi perekonomian warga di Desa Wisata Kubu Gadang. Penduduk desa ini mayoritas bekerja sebagai petani, di mana penghasilan yang mereka peroleh hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dengan mengunjungi desa ini, kita tidak hanya ikut serta dalam melestarikan kebudayaan Minang, namun juga turut membantu perekonomian warga setempat.

Pertunjukan silek lanyah hari ke hari semakin istimewa, karena adanya iringan musik dari kelompok musik tradisional. Perpaduan dari gandang tambua, gandang tasa, talempong, dan serunai menambah unsur seni dalam olahraga ini.

Belum lagi lumpur yang berkecipak saat pesilat melayang, menghayunkan kaki dan menendang, semakin menambah suasana tradisional juga mengundang banyak wisatawan untuk menyaksikan langsung pertunjukan silek lanyah. Perpaduan yang pas di tambah dengan panorama Desa Kubu Gadang yang di kelilingi Gunung Singgalang, Tandikat, dan Merapi membuat wisatawan semakin takjub dengan desa ini.

Untuk memperoleh pengalaman ini, sobat Pijar dapat mengunjungi Desa Wisata Kubu Gadang yang terletak di Padang Panjang Timur. Perjalanan yang ditempuh dari Kota Padang terbilang tidak lama. Hanya dengan waktu satu setengah jam saja, kita sudah dapat menikmati keindahan desa dan mendapati pengalaman unik nan luar biasa yang sulit rasanya kita dapatkan di tempat lain.

Catatan lain untuk sobat Pijar yang ingin berkunjung, Desa Wisata Kubu Gadang tidak dibuka setiap hari, loh. Jadi untuk meyaksikan pertunjukan silek lanyah kita dapat mengunjunginya di hari Minggu. Bagi yang ingin berlama-lama menikmati suasana di desa ini, kalian bisa menginap dulu di homestay yang sudah disediakan penduduk sembari menunggu pertunjukan silek lanyah juga loh sobat Pijar.

(Editor: Muhammad Farhan)

Leave a comment