Hits: 12

Yoga Tri Haditya

 

Tok…tok…tok….

“Nisaaa bangunnn! Udah jam 7 loh ini emang kamu gak ke sekolah?” ucap Ibu.

“Oh iya, sabar buuuun,” jawabku sembari bergegas membuka pintu dan bersiap untuk ke sekolah.

Perkenalkan aku Nisa Nindiya Putri atau kalian bisa memanggilku Nisa dan hanya satu orang yang dapat memanggilku Diyah yaitu Reno. Yapss, Reno adalah pacarku dan kami sudah berpacaran kurang lebih selama 5 tahun. Kalau yang teriak tadi itu adalah bundaku. Beliau adalah nyonya dari segala nyonya, karena segala sesuatu yang menyangkut keuangan ada padanya termasuk uang untuk perawatan kecantikanku. Hihiihih…..

Kali ini aku bukan menceritakan kisahku dengan bunda, melainkan tentang aku dengan Reno. Kami sudah kenal sejak kecil. Bahkan keluarga kami sudah seperti saudara kandung. Hubunganku dengan Reno bak jalan tol yang lurus tanpa halangan, tetapi sama seperti hubungan lainnya terdapat batu kerikil di setiap perjalanan kami, tatkala aku dan Reno juga berselisih paham. Namun kami memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikannya.

Kami juga sudah mempunyai rencana besar untuk hubungan ini. Walaupun banyak gonjang-ganjing omongan orang tentang usia kami yang masih muda, tapi kami yakin akan bisa selalu bersama. Restu orang tua sudah ada di genggam tangan. Setelah tamat SMA,  kami akan melaksanakan pertunangan.

Setahun kemudian, aku dan Reno tamat dari SMA. Kami dan keluarga melanjutkan rencana besar yang sudah dirancang dari jauh hari. Seminggu setelah tamat tepat di hari ulang tahun Reno pada 8 Mei 2020, kami akan melaksanakan pertunangan. Persaanku campur aduk membayangkan hari itu terjadi, rasa senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang akan bertunangan dengan orang yang aku sayangi namun juga sedih karena orang yang paling kucintai tidak ada di sampingku yaitu ayahku.

Aku bersyukur Tuhan mengirimkan Reno sebagai sosok yang dapat membuatku nyaman juga merasa sosok ayah selalu ada di sampingku. Aku yakin Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar untuk aku dan Reno.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Besok adalah hari pertunanganku. Aku sibuk untuk mempersiapkan segalanya mulai dari fitting  baju lamaran, melihat perhiasan, dan belanja kebutuhan lainnya untuk besok. Namun ada satu hal yang aku lupakan yaitu untuk bilang pada Reno kalau hari itu aku pergi sendirian. Aku menelponnya saat mengingatnya.

Aku mendengar suara tangisan dan ternyata itu adalah suara ibu Reno dan ia berkata “Nisa maafin ibu, Reno sudah tiada.”

Aku tidak pernah berpikir hal ini akan menimpaku, kehilangan orang yang tersayang untuk kedua kalinya.

Semua rencana dan harapan untuk kami ke depannya sudah usai. Reno pergi untuk selamanya. Terima kasih Reno sudah pernah mengisi hari-hariku yang membosankan ini, dan terima kasih karena selalu ada untukku. Aku hanya ingin bertanya satu hal padamu. Kenapa kau pergi secara tiba-tiba? Apakah ini rencana besar Tuhan untuk kita?

Aku termenung melihat dirimu bersimbah darah dan terbaring lemah saat itu. Aku juga masih termenung ketika melihatmu dibalut dengan kain putih saat itu. Aku mencoba memahami apa yang terjadi dan mungkin hanya kata inilah yang dapat menjelaskan semuanya sehingga aku paham, ini semua adalah takdir. Aku harus selalu berada di sisimu hingga akhir hayatku.

(Sehari seketika Reno tiada, Nisa jatuh sakit dan dokter mengatakan ia sangat tertekan batin dan kelelahan hingga menyebabkan asam lambungnya kambuh. Pada tanggal 8 Mei 2020, tepat di hari pertunangan mereka, Nisa menyusul Reno menghadap yang kuasa. Malam sebelum Nisa tiada, Nisa menuliskan segalanya dalam diarinya.)

Leave a comment