Hits: 47
Khairun Nisa Lubis
Pijar, Medan. Di bulan Ramadan ini, mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) diharuskan menjalani kegiatan perkuliahan dan ibadah puasa secara bersamaan. Khususnya, mahasiswa yang tinggal di asrama universitas. Di tengah keterbatasan ruang dan waktu, mereka menghadapi sejumlah tantangan dalam menjalankan ibadah puasa.
Bulan suci Ramadan dianggap sebagai waktu yang istimewa bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Khairunnisa Boru Barus atau Khai dari program studi Fisika mengatakan, bahwa di dalam lingkungan asrama, kebersamaan para mahasiswa terasa lebih kuat. Setelah melakukan punggahan untuk menyambut bulan suci Ramadan, berbagai kegiatan seperti sahur bersama, tarawih berjamaah, dan kegiatan keagamaan lainnya pun mereka lakukan.
“Seminggu sebelum puasa kemarin kami buat acara punggahan gitu, Kak, makan-makan di lobi untuk menyambut bulan puasa,” ungkap Khai.
Mahasiswa dihadapkan tantangan akan pentingnya menjaga keseimbangan antara beribadah dan belajar. Namun, beberapa mahasiswa mengaku sulit dalam mengatur jadwal kuliah, istirahat, serta ibadah mereka.
Seperti yang disampaikan Khai, seharian berkuliah membuatnya terkadang dapat melewatkan waktu beribadahnya.
“Karena kuliah kan setiap hari praktikum, ngerjain laprak, jadi udah capek duluan. Berdosa sih, cuma kadang jadi malas salat. Kalau tarawih, palingan kalau misal besok paginya gak ada kelas pagi, jadi tarawih di masjid FIB,” terangnya.
Syafril Barus, selaku dosen Pendidikan Agama Islam menyoroti urgensi menjaga keseimbangan ini, mengingat bahwa keduanya memiliki nilai penting tersendiri.
“Sebagai mahasiswa, apalagi yang muslim, kalian kan dituntut agar berilmu dan beribadah. Dua-duanya jangan terjadi perbedaan atau pergeseran, artinya beribadah dan berilmu dua-duanya harus sejalan,” ujarnya.
Pihak kampus juga menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan, untuk membantu mahasiswa dalam menjalankan ibadah dan menyelesaikan tugas akademik mereka. Terdapat fasilitas transportasi berupa bus antarjemput Lintas USU (Linus) dan sepeda gratis untuk dipakai, serta penyediaan tempat untuk beribadah di kampus.
Namun, para mahasiswa mengeluhkan, bahwa kondisi sepeda yang diharapkan dapat memudahkan mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi, justru kondisinya kurang baik. Beberapa sepeda mengalami kerusakan dan kurang perawatan, menyebabkan timbulnya kekecewaan pada mahasiswa.
Selain itu, Linus yang hanya beroperasi hingga jam empat sore, menyebabkan para mahasiswa kesulitan untuk pulang ke asrama setelah menjalani aktivitas seharian.
“Mungkin anak asrama pada relate sih, banyak juga yang misuh-misuh tentang Linus, jika bulan puasa begini jam empat sudah tidak beroperasi, jadi mahasiswa yang kelas sampai sore agak kecewa di bulan puasa ini,” jelas Khai.
Meskipun demikian, dengan semangat dan kebersamaan, tantangan yang ada tidak menghalangi para mahasiswa dalam menjalankan ibadah puasa di asrama. Mereka tetap merayakan bulan Ramadan dengan penuh suka cita.
(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)