Hits: 37

Sinta Siregar

Pijar, Medan. Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya, memiliki beragam jenis olahraga tradisional yang mencerminkan keanekaragaman etnis dan kekayaan alam yang dimilikinya. Olahraga tradisional bise-biseang yang berasal dari Sulawesi Selatan adalah salah satu contohnya.

Olahraga bise-biseang bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi sudah menjadi warisan budaya yang mendalam bagi masyarakat Sulawesi, khususnya suku Bugis. Berakar kuat pada sejarah dan kehidupan sosial, bise-biseang menjadi simbol kebersamaan, kekompakan, dan identitas lokal yang kuat.

Secara etimologis, istilah “bise-biseang” berasal dari bahasa Bugis, di mana “bise” berarti “melempar” dan “biseang” berarti “bola”. Jadi, bise-biseang secara harfiah dapat diartikan sebagai permainan bola yang melibatkan lemparan.

Permainan biasanya dimainkan di lapangan atau ruang terbuka lainnya. Tidak ada aturan yang ketat dalam hal ukuran lapangan atau jumlah pemain, sehingga memungkinkan munculnya variasi lokal dalam cara permainan.

Bise-biseang dimainkan dengan menggunakan bola yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti daun pisang yang dilipat atau anyaman bambu. Bola tersebut kemudian dilemparkan di antara pemain dengan tujuan untuk menangkap atau menghindari bola tersebut. Pemain yang memegang bola dapat melangkah sejauh mungkin tanpa dihentikan oleh lawan.

Dalam permainan ini, pemain akan berpindah dari titik permulaan menuju ke titik tujuan dengan menggunakan sarung sebagai alat transportasi. Sarung yang dipakai dalam permainan ini menjadi lambang dari sebuah kapal yang digunakan oleh seorang pelaut ketika berlayar melintasi samudra.

Pada masa lampau, satu sarung digunakan untuk satu orang pemain. Namun, saat ini satu sarung digunakan oleh dua pemain yang duduk berhadap-hadapan. Mereka bekerja sama untuk menggerakkan “perahu” sarung dengan mengaitkan kaki mereka satu sama lain.

Pemain menggunakan sarung untuk mengangkat dan memindahkan bola bise ke posisi yang lebih menguntungkan. Sarung juga digunakan sebagai alat untuk menangkap dan menghentikan bola bise dari mencapai lubang lawan.

Namun, sama seperti tradisi dan olahraga tradisional lainnya, bise-biseang menghadapi tantangan dalam upaya mempertahankan keberadaannya. Serbuan budaya populer dan perubahan gaya hidup modern telah memberikan tekanan besar pada kelangsungan olahraga tradisional ini.

Meski demikian, masih ada upaya yang dilakukan oleh sejumlah pihak untuk melestarikan dan mempromosikan bise-biseang. Sekolah dan lembaga masyarakat setempat berupaya untuk mengintegrasikan olahraga tradisional ini ke dalam kurikulum pendidikan dan kegiatan sosial.

Pertandingan bise-biseang juga sering diadakan dalam rangkaian acara keagamaan, upacara adat, atau festival budaya. Hal ini menjadi momentum penting bagi masyarakat setempat untuk memperkokoh solidaritas dan meningkatkan rasa kebersamaan.

Bise-biseang tidak hanya sekadar olahraga tradisional, tetapi juga simbol dari kekayaan budaya dan warisan nenek moyang. Melalui penggunaan sarung dan cara bermain yang unik, bise-biseang menjadi bagian penting dari identitas dan kebanggaan masyarakat Sulawesi.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment