Hits: 33
Erna Berliana
Pijar, Medan. Hari Kesehatan Mental Dunia merupakan inisiatif global yang diperingati setiap 10 Oktober. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah mental yang merupakan bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dilansir dari situs resmi World Health Organization (WHO), Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023 mengusung tema “Our Minds, Our Right” atau “Pikiran Kami, Hak Kami”. Tema ini menyadarkan kita bahwa masih banyak tindakan-tindakan atau perlakuan buruk yang dapat membuat kesehatan mental seseorang terganggu.
Dalam hal ini, World Federation For Mental Health (WFMH) juga mengajak semua orang untuk bersatu dalam tema “Kesehatan Mental Adalah Hak Asasi Manusia Universal”. Melalui tema ini, masyarakat diharapkan agar lebih menyadari pentingnya menghargai kesehatan mental sesama.
Melihat tema yang diangkat tahun ini, berusaha menyadarkan kita untuk saling menjaga kesehatan mental dengan memperhatikan tindakan kita terhadap sesama.
Salah satu kasus yang akhir-akhir ini mendapat banyak perhatian masyarakat, pemerintah hingga UNESCO, yaitu kasus perundungan (bullying) anak di Cilacap. Dalam video yang beredar, seorang siswa yang masih mengenakan seragam sekolah mendapat perlakuan yang sangat buruk dari beberapa teman sebayanya. Atas tindakan tersebut, korban harus mendapatkan penanganan yang serius dari pihak medis.
“Semua pihak perlu melakukan pembinaan sehingga anak-anak kita mempunyai akhlak dan ilmu yang baik untuk saling bertoleransi,” tegas Kapolres Cilacap, Kombes Fannky Ani Sugiharto.
Hal tersebut ditegaskan mengingat rasa sakit yang dialami korban akibat bullying tentu membekas dan berdampak besar secara emosional, psikologis, dan sosial.
Merasakan kecemasan dan depresi, hal ini biasanya dialami oleh korban bullying sebab adanya kekerasan verbal yang membuat korban merasa takut dan putus asa. Selain itu, korban juga dapat mengalami rasa tidak percaya diri, tidak nafsu makan, hingga kehilangan motivasi.
Bullying terjadi akibat beberapa faktor. Mulai adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban hingga adanya sifat seseorang yang haus validasi dalam dirinya.
“Remaja itu punya kecenderungan ingin diakui. Ingin menjadi jagoan. Mereka melakukan bullying kebanyakan tak sadar melakukan perbuatan salah. Nah, cara mereka untuk diakui dan dihargai ini salah,” ucap pakar psikolog dari Rumah Sakit Elisabeth Semarang, Probowati Tjondronegron pada solopos.com, Kamis (28/9/2023)
Mengatasi permasalahan kesehatan mental dimulai dari meningkatkan pengetahuan tentang kesadaran dan edukasi tentang pentingnya memelihara kesehatan mental di kalangan masyarakat. Karena kondisi kesehatan mental merupakan ancaman signifikan terhadap kesejahteraan hidup.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)