Hits: 54
Grifin Angelina Tobing
Pijar, Medan. Yayasan Perspektif Baru, Konrad Adenauer Stiftung, bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan seminar nasional yang bertajuk “Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Kebijakan Publik”. Seminar perwujudan kolaborasi dengan civitas akademik dalam mengantisipasi perubahan iklim secara global ini dilaksanakan secara hybrid yang diikuti secara luring di Aula FISIP USU dan daring melalui Zoom Meeting (04/10/23).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Institut Hijau Indonesia turut mengambil bagian sebagai narasumber dalam seminar ini. Mereka memaparkan bahwa terdapat anomali iklim yang mengakibatkan perubahan iklim jangka panjang dan dampaknya, serta upaya yang dapat dilakukan anak muda untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi di masa depan. Remaja cerdas iklim adalah salah satu adaptasi yang dapat dilakukan oleh generasi muda sebagai penggerak untuk turut peduli terhadap perubahan iklim.
Upaya ini selaras dengan target nol emisi karbon Indonesia tahun 2060 yang diwujudkan dengan pengarusutamaan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Upaya-upaya tersebut bersinergi melalui kajian kebijakan publik yang harus dapat dipahami anak muda sehingga dapat mengambil bagian dalam mewujudkannya.
“Literasi iklim, pengumpulan informasi, dan upaya mitigasi adalah langkah kecil yang dapat dilakukan oleh remaja cerdas iklim,” tegas Dwikorita Karnawati selaku Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Ketua Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad, juga memberikan contoh konkret peran remaja dalam upaya pencegahan perubahan iklim dalam program Green Leadership yang diikuti oleh remaja seluruh Indonesia dari usia 18-27 tahun.
“Sebagai generasi muda, kita harus peduli dan tanggap dengan adanya perubahan iklim dewasa ini. Sumber Daya Manusia (SDM) yang kita miliki sangat amat baik yang akan menjadi sangat baik apabila diarahkan dan diayomi,” ungkap Chalid Muhammad.
Hayat Mansur, Ketua Yayasan Perspektif Baru, berharap dengan diadakannya seminar ini, para remaja di Indonesia dapat memahami bahwa perlu dilakukan perubahan terkait masalah iklim.
Penetapan peraturan daerah mengenai penanganan perubahan iklim, upaya penanganan perubahan iklim yang diatur dalam kebijakan publik, melibatkan berbagai komunitas di masyarakat, dan adanya pendekatan perspektif gender (eco-feminist) dibutuhkan dalam penanganan perubahan iklim. Hal ini dapat dipertimbangkan sehingga anak muda tidak salah dalam memilih pemimpin ke depannya.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)