Hits: 39
Nia Nuryanti Barus
Pijar, Medan. Perundungan merupakan hal yang kerap terjadi baik secara verbal maupun nonverbal di kalangan anak dan remaja. Bahkan, saat ini perundungan digital pun kerap terjadi di media sosial.
Berdasarkan hal tersebut, Komunitas Senandung (Senang Tanpa Rundung) mengadakan live instagram pada Rabu (19/10/2022). Adapun tema yang diusung “Dampak Perundungan Digital dan Kesehatan Mental” dengan menghadirkan narasumber Tengku Tata Nasmit,M.Psi seorang Mental Health Therapist.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai bentuk-bentuk perundungan secara digital, cara menyikapi perundungan digital, bagaimana kita memberi batasan-batasan terhadap hal-hal yang merugikan kita dan mengetahui ciri dari seseorang yang sehat mental.
Tata Nasmit juga menjelaskan bahwa dampak dari perundungan dapat membuat seseorang menjadi stres yang akhirnya dapat menimbulkan depresi dan bahkan menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri
“Perundungan bisa membuat seseorang stres dan menuju kepada depresi. Sehingga, mungkin saja melakukan tindakan bunuh diri,” tutur Tata.
Selain itu, Tata juga memberikan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk bisa mengembalikan kepercayaan diri bagi korban perundungan. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mengetahui diri sendiri serta alasan dibalik perundungan dan memberikan batasan terhadap hal tersebut dan menerima diri sendiri serta memvalidasinya.
“Saat kamu dirundung oleh seseorang, tidak apa-apa untuk kamu menerimanya. Kamu bisa memberikan waktu untuk dirimu menangis dan menyadari apa alasan kamu dirundung. Tetapi, setelah itu kamu harus kembali bangkit dan mulai berani untuk membuat batasan bagi dirimu agar tidak dirundung oleh orang lain,” jelasnya.
Perlu diketahui pula bahwa seseorang yang sehat mental merupakan orang yang mengetahui value dirinya sendiri serta mampu mengelola emosinya sendiri.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan agar tidak menjadi pelaku perundungan, diantaranya memiliki emosional yang baik, lingkungan dan empati yang baik, memiliki pengetahuan mengenai perbedaan antara perundungan dan bercanda serta memiliki kemampuan sosialisasi yang baik.
“Kita harus belajar bagaimana untuk tidak menjadi pelaku perundungan dengan cara mengetahui social skill, belajar berempati, belajar memvalidasi emosi serta mengetahui luka-luka batin yang kita miliki. Selain itu, kita juga harus berusaha untuk tidak menjadi korban perundungan dengan mengetahui batasan,” tutupnya.
Redaktur Tulisan: Naomi Adisty