Hits: 44

 Arya Duta

Pijar, Medan. Tanpa adanya kesehatan mental, seseorang tidak akan mampu meraih dan merasakan kesejahteraan. Maka dari itu, kesehatan mental menjadi salah satu tantangan terpenting dalam pembahasan kesehatan mental dunia. Mengingat masih besarnya masalah kesehatan mental dan kesenjangan yang masih ada di bidang tersebut, menjadi sangat penting untuk memusatkan semua upaya pada tujuan dan strategi agar dapat lebih efektif berkontribusi untuk mencapai tujuan utama kesehatan mental dunia.

Untuk mendukung hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 10 Oktober sebagai tanggal untuk memperingati hari kesehatan mental sedunia. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran pada masyarakat akan kesehatan mental dan memberikan publik edukasi mengenai faktor apa saja yang dapat memicu seseorang mengalami gangguan kesehatan mental.

Perlu kita ketahui, terdapat dua faktor yang memengaruhi kesehatan mental seseorang. Faktor yang pertama adalah faktor internal yang dipengaruhi oleh kondisi biologis dan psikologis. Dilatarbelakangi dengan adanya gangguan pada fungsi saraf yang diatur oleh otak, hormon, keturunan atau inner child (rasa trauma, pengabaian, kehilangan, dan sebagainya). Lalu, yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi budaya dan lingkungan kehidupan tempat tinggal.

Salah satu contohnya ketika seseorang tidak dapat mengekspresikan emosinya karena faktor budaya keluarganya yang menanamkan rasa malu. Hal ini dapat membuat adanya gangguan mental dengan tindakan yang secara tiba-tiba mengamuk, berteriak dan menangis.

Di samping itu, masih sering ditemukannya stigma buruk dan diskriminasi terkait kesehatan mental yang sebenarnya menjadi penghalang bagi mereka untuk menjangkau dukungan yang mungkin sangat mereka butuhkan. Stigma tersebut mengacu pada individu yang mempersepsikan buruk karena memiliki gangguan kesehatan mental, sedangkan diskriminasi mengacu pada mereka yang diperlakukan buruk karena kesehatan mentalnya.

Dari hal tersebut, dapat dipahami bahwa kesehatan mental secara langsung mempengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Bahkan untuk kasus yang lebih serius kesehatan mental dapat berdampak pada kesehatan fisik kita. Jika tetap membiarkan stigma buruk dan diskriminasi atas kesehatan mental ini berkembang, maka akan bertambah banyak pula orang-orang yang akan merasa putus asa, terisolasi, ragu-ragu dan enggan mencari dukungan.

Oleh karena itu, agar dapat mematahkan stigma dan diskriminasi kesehatan mental ini, kita harus mendidik diri kita sendiri dan orang lain tentang kesehatan mental dan menyesuaikan bahasa kita dengan cara yang menghibur dan secara keseluruhan mendukung orang lain. Dengan demikian, penting sekali untuk menumbuhkan lingkungan yang terbuka untuk berdiskusi yang dapat didekati oleh siapa saja yang sedang mencari bantuan untuk kesehatan mental mereka.

(Redaktur Tulisan: Naomi Adisty)

Leave a comment