Hits: 33

Estetia Alma

Berangkat sekolah setelah liburan semester adalah hal yang paling menyenangkan menurut Cahaya. Karena ia selalu dihadiahi sebuah tas cantik yang bisa ia pamerkan kepada sahabat-sahabatnya nanti, terkhusus Rachel. Cahaya adalah perempuan manis yang sedang duduk di kelas 6 sekolah dasar. Ia memiliki sahabat yang ia sayangi. Namun, tak jarang juga ia merasa jengkel kepada Rachel.

Cahaya dan Rachel, dua perempuan kecil yang berbagi segalanya tentang kesenangan atau kesedihan. Dua kepribadian yang saling bertabrakan. Rachel adalah anak yang sangat pendiam. Ia bahkan tidak menangis ketika Cahaya tak sengaja mendorongnya dan membuatnya terjatuh hingga lututnya berdarah. Cahaya adalah anak dengan sejuta ide di kepalanya. Ia juga sangat aktif, berbeda dengan Rachel yang pendiam dan terkesan tenang. Cahaya juga memiliki sejuta kalimat yang ingin ia ungkapkan kepada Rachel.

Hari ini, hari pertama setelah libur semester. “Rachel Rachel,” panggil cahaya dengan suara nyaringnya sambil melambai-lambaikan tangan kepada Rachel yang masih jauh dari gerbang sekolah mereka. Rachel hanya tersenyum tipis dan sedikit mengangkat tangannya. Cahaya begitu antusias melihat sahabatnya itu merasa malu karena namanya dipanggil dengan nyaring olehnya.

“Kenapa kau memanggil namaku sekeras itu? Aku malu,” ucap Rachel yang wajahnya sudah memerah. Rachel tidak pintar bersosialisasi. Ia bahkan hanya bergaul dengan Cahaya dan Tom. Ya, Tom, anjing kecil peliharaan keluarganya.

“Kau malu menjadi sahabatku?” Cahaya menampilkan wajah cemberutnya.

“Bukan seperti itu, aku minta maaf” jawab Rachel. Seperti itulah Rachel, ia akan mengakhiri semuanya karena malas berdebat dengan sahabatnya itu.

“Hei aku bercanda. Ayo, ada yang ingin kutunjukkan.” Cahaya merasa sedikit bersalah melihat raut wajah sahabatnya itu. Ia kemudian menarik Rachel ke dalam kelas dan menyuruhnya duduk.

Sambil menarik sesuatu dari sebuah plastik hitam, “Aku punya hadiah untukmu,” kata Cahaya. Lantas, ia memberikan sebuah tas yang ia beli kemarin dengan ibunya. Tas pink dengan motif bunga hijau dan merah serta sedikit ukiran kecil di ujung bertuliskan Rachel. “Woaahhh, ini sangat keren,” ucap Rachel sambil menyambut hadiah yang diberikan oleh Cahaya.

”Ini untukku?” tanya Rachel.

“Ya, tentu, kuharap kau memakainya ketika ke sekolah” senyum Cahaya.

“Kenapa harus ke sekolah?” Rachel heran.

“Supaya orang-orang tahu berteman denganku dan tidak merebutmu. Aku juga memiliki tas yang sama juga denganmu.” Cahaya menunjukkan tas yang ia beli sama persis dengan Rachel. Hanya saja, berbeda di ukiran kecil dengan nama Cahaya sendiri.

“Terima kasih,” ucap Rachel terharu.

“Sama-sama, tetapi ingat kau harus tetap di sini, jangan pergi dan tetap jadi sahabatku” sahut Cahaya sambil mengangkat jari telunjukknya seperti layaknya ibu memarahi anaknya.

“Cahaya, ayo minum obat” ucap perempuan yang tingginya jauh di atas Cahaya.

“Obat? Bagaimana mungkin ada obat di sekolah ini? Siapa perempuan ini? Kenapa dia menyuruh Cahaya minum obat?”

“Kau siapa?” berontak Cahaya. “Pergi!” anak kecil itu tiba tiba mengubah sifatnya.

“Ke mana anak kecil yang manis itu? Itu hanya satu di antara yang lain.”

“Rachel? Di mana Rachel?” Cahaya mulai menangis histeris

“Tenang Cahaya, tenang” ucap suster itu. Ternyata perempuan itu adalah suster. Perempuan yang selama ini merawat Cahaya. Perempuan kecil itu ternyata adalah pasien rumah sakit jiwa. Cahaya ternyata memiliki penyakit mental yang mengharuskan ia dirawat dua bulan yang lalu.

Lalu, Rachel? Rachel hanya sahabat ilusi yang ia bentuk dalam pikirannya sendiri. Ia membentuk watak dan rupa Rachel sesuai keperluannya. Kadang kala Rachel adalah perempuan yang aktif atau kadang kala Rachel adalah perempuan yang pendiam, seperti watak yang baru saja diciptakan Cahaya.

Tas sekolah yang menjadi benda kesukaan Cahaya pada dasarnya ialah obat-obatan yang selama ini ia simpan di sebuah plastik hitam. Tas sekolah menjadi semangat Cahaya dan Rachel.

Leave a comment