Hits: 82
Azka Fikri
Pijar, Medan. Sudah lebih dari satu tahun dunia diguncang dengan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus Corona.
Infeksi virus Corona disebut Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menyebar dengan cepat hanya dalam beberapa bulan dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia.
Menurut dr. Rita Evalina Rusli, Sp.A (K), mutasi berasal dari kata mutan yakni virus yang membentuk jenis virus baru yang berbeda dengan induknya. “Virus bukanlah sel yang sempurna, dia hanya terdiri dari satu sel saja, RNA saja atau DNA saja. Untuk berkembang biak, untuk mereplikasi, untuk memperbanyak diri, dia (virus) itu harus numpang ke sel yang lain, yang disebut dengan sel inang, dalam konteks virus Corona sel inangnya terletak di saluran pernapasan manusia, yang mana di dalam saluran pernapasan itu terdapat bentukan yang pas dengan bentukan virus itu. Sehingga dia menempel disaluran tersebut dan menjadi sempurna, kemudian dia dapat memperbanyak diri,” jelasnya.
Pada saat ini, telah terjadi mutasi virus Corona di dunia dan telah dikonfirmasi oleh WHO ada 8 varian baru, yakni B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, B1617 dari India, P1 dan P2 dari Brazil serta B1427, B1429 dan B1526 dari Amerika Serikat.
Mutasi COVID-19 menjadi tantangan pandemi di tahun kedua ini. Hal ini dikarenakan virus yang dihasilkan dari mutasi tersebut memiliki viabilitas atau ketahanan terhadap obat-obatan dan vaksin.
“Kenapa jadi mutasi? Virus ini sangat rentan dengan macam-macam faktor dari luar. Seperti obat-obatan, udara, daya tahan tubuh dan sebagainya. Viruskan terdiri dari kandungan-kandungan protein, nah protein itukan ada susunannya. Umpamanya A dengan B, C dengan D, E dengan F. Seandainya berubah satu susunannya saja, umpama A dengan C itu sudah merubah sifat virus dari asalnya. Kemudian ia akan memperbanyak diri sesuai dengan yang sudah berubah tadi. Dan mutasi virus ini bahkan ia sudah tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obatan atau vaksin yang mengatasi virus awalnya karena sifatnya yang sudah berubah. Dan mutasi virus ini bisa lebih ganas atau lebih lemah dari sebelumnya. Dan ada kemungkinan akan adanya mutasi virus Corona dari Indonesia, karena semua virus punya potensi untuk bermutasi,” pungkas Rita.
Dilansir dari health.detik.com, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) Prof. Amin Subandrio mengungkap sudah ada 59 kasus variant of concern (VOC) di Indonesia. Varian Corona Inggris B117 sebanyak 23 kasus, Corona B1617 tercatat 32 isolat yang diidentifikasi, dan terakhir varian Corona raja B1351 Afrika Selatan sebanyak 4 kasus.
Kasus terinfeksi virus Corona di Indonesia kian hari terus bertambah begitupun dengan varian baru, maka dari itu kita tetap harus mencegah dengan tidak memberikan mereka tempat dengan cara selalu menerapkan protokol 5M:
- Memakai masker,
- Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
- Menjaga jarak,
- Menjauhi kerumunan, serta
- Membatasi mobilisasi dan interaksi.
Dengan menerapkan hal tersebut, kita dapat menekan angka penyebaran virus Corona di Indonesia.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)