Hits: 112

Agnes Priscilla / Achmad Syah Galang Ramadhan

Pijar, Medan. Terlahir berbeda dan dipandang sebelah mata merupakan ungkapan yang dirasakan oleh manusia yang memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun mental. Mereka kerap dicap sebagai manusia ‘lemah’ dan ‘tak berdaya’ yang akhirnya menjadi pembatas bagi mereka untuk mencari pekerjaan. Namun, stigma tersebut berhasil ditepis oleh Angkie Yudistia. Ia membuktikan bahwa kekurangan yang dimiliki tidak menghalangi dirinya untuk terus menggapai cita-cita. Angkie berhasil menjadi salah satu dari milenial tanah air yang terpilih sebagai Staf Khusus Presiden.

Dilansir dari liputan6.com, Presiden Jokowi mengumumkan Angkie Yudistia dan tujuh nama lainnya sebagai Staf Khusus Presiden yang baru di Istana Merdeka pada bulan November 2019 lalu. Angkie sendiri ditunjuk sebagai juru bicara presiden dalam bidang sosial.

“Angkie Yudistia, usia 32 tahun adalah anak muda penyandang disabilitas yang aktif bergerak di sociopreneur,” ungkap Presiden Jokowi.

Wanita kelahiran Medan, 5 Juni 1987 ini kehilangan pendengarannya di usia 10 tahun. Penyebabnya diduga akibat dari kesalahan penggunaan obat-obatan ketika ia terserang beberapa penyakit, salah satunya malaria. Kejadian tersebut sempat membuat Angkie terpuruk dan merasa tidak percaya diri dalam beberapa waktu.

Namun, berkat dukungan dari orang terdekat terutama ibunya, akhirnya perlahan-lahan Angkie berlapang hati dan mulai belajar untuk bangkit kembali.

Angkie Yudistia menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 2 Bogor dan London School of Public Relations (LSPR). Kehidupan Angkie di kampus perlahan mengubah pola pikirnya untuk dapat menerima kekurangannya.

“Dosenku bilang, kamu jujur sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah jujur sama diri sendiri dan jujur sama orang lain, orang lain akan mengapresiasi kejujuran kita. Jadi benar, ketika aku jujur mereka jadi sangat bantu.” jelas Angkie seperti yang dikutip dari kompas.com

Pada tahun 2008, Angkie Yudistia dinobatkan sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan. Kemudian, pada 2011, ia memutuskan untuk membangun perusahaan yang dinamai Thisable Enterprise. Perusahaan yang ia dirikan bergerak dalam bidang pemberdayaan sosial, khususnya bagi penyandang disabilitas. Melalui perusahaan yang didirikannya, Angkie berharap mampu membantu dalam memberdayakan kelompok disabilitas Indonesia. Tujuannya agar mereka dapat memiliki keterampilan untuk dijadikan bekal dalam memasuki dunia kerja, terutama industri ekonomi kreatif.

Usaha yang ia rintis pun semakin lama semakin membuahkan hasil. Pada 2017, perusahaan yang ia bangun berhasil bekerjasama dengan Go-jek untuk menyalurkan karyawan yang ada untuk menjadi tenaga kerja dalam layanan Go-jek, seperti Go-Massage, Go-Clean, Go-Glam dan Go-Auto.

Selain menjadi CEO bagi perusahaannya, Angkie juga aktif menulis. Ia telah merilis beberapa buku yang di antaranya adalah Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas (2011), Setinggi Langit (2013), dan Become Rich as Sociopreneur yang merupakan buku terbarunya pada tahun 2019.

Sama seperti bukunya yang berjudul Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas. Itulah sekiranya kalimat yang cocok untuk mendeskripsikan sosok Angkie Yudistia. Keterbatasan fisik yang dimilikinya bukanlah penghalang bagi Angkie dalam menggapai cita-cita dan impiannya. Terbukti ia kini berhasil bangkit dan meraih kesuksesan. Angkie juga membuktikan pada dunia bahwa para disabilitas juga bisa menghasilkan karya dan bisa disandingkan dengan orang-orang hebat lainnya.

(Editor: Rassya Priyandira)

Leave a comment