Hits: 22

Indah Ramadhanti

Pijar, Medan. “Penghakiman massal lewat media sosial berkali terjadi pada karya seni dan pikiran atas keadilan. Gejala ini menunjukkan media sosial telah menjadi medium penghakiman massal tanpa proses keadilan, melahirkan anarkisme massal,” demikian pernyataan Sutradara Garin Nugroho atas petisi penolakan film Kucumbu Tubuh Indahku.

Film yang terinspirasi dari seorang penari Lengger bernama Rianto ini, bercerita tentang perjalanan hidup seorang Juno dalam pencarian jati dirinya. Lengger sendiri adalah tarian di mana penarinya adalah laki-laki yang mengenakan riasan dan berlenggok seperti perempuan.

Sejak kecil, Juno sudah menunjukkan ketertarikannya kepada hal yang berbau perempuan. Ia tinggal bersama ayahnya di sebuah desa kecil di tanah Jawa. Namun, ayahnya pergi meninggalkannya sehingga ia harus hidup sendiri dengan berpindah-pindah tempat.

Juno sendiri digambarkan sebagai laki-laki maskulin yang memiliki jiwa feminin. Seringkali Juno memiliki peran batin terhadap dirinya karena ia tidak sesuai dengan standar masyarakat yang ada. Di mana masyarakat menggambarkan seorang laki-laki haruslah gagah, kekar, dan perkasa, bukan gemulai seperti perempuan. Namun seiring berjalannya waktu, Juno pada akhirnya menerima semua itu dan berdamai dengan dirinya sendiri.

Film ini dibagi menjadi empat babak. Tiap babaknya diawali oleh dengan Juno dewasa yang berbicara kepada kita. Empat babak itu menceritakan gambaran tentang tubuh; tubuh adalah rumah, tubuh adalah hasrat, tubuh adalah pengalaman, dan tubuh adalah alam medan perang. Masing-masing babak akan mewakili gambaran tentang tubuh yang akan disampaikan di dalam film tersebut.

Dari film ini, kita akan merasakan kentalnya budaya khas Jawa seperti tarian, dialog dengan bahasa Jawa yang medok, juga tradisi mengecek kesuburan ayam dengan memasukkan dua jari ke pantatnya.

Film karya Garin Nugroho ini menuai banyak kontroversi di Indonesia. Salah satunya yaitu pelarangan diputarnya Kucumbu Tubuh Indahku di bioskop-bioskop wilayah Depok walau Lembaga Sensor Film telah memberi batas usia. Menurut Mohammad Idris, Walikota Depok, film ini dianggap mempromosikan LGBT yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Terlepas dari kontroversi tersebut, film Kucumbu Tubuh Indahku berhasil mendapatkan beberapa penghargaan nasional dan internasional. Di antaranya yaitu, Original Screenplay dalam ajang Asia-Pacific Film Festival (APFF) ke-59, perwakilan Indonesia dalam ajang Academy Awards 2020, dan Piala Citra Festival Film Indonesia 2019 yang  memboyong 8 Piala Citra dengan 12 nominasi dari 21 kategori.

Selain itu, film ini telah menjelajahi berbagai penghargaan di festival film dunia sebelum tayang di bioskop tanah air. Di antaranya Festival Film Tempo, Venice Independent Film Critic, dan Festival Des 3 Continents. Kucumbu Tubuh Indahku juga pernah diputar oleh bioskop di Italia.

(Editor: Widya Tri Utami)

Leave a comment