Hits: 30
Detia Junitaputri / Rassya Priyandira
Pijar, Medan. Pendidikan, sampai saat ini masih saja banyak anak-anak di Indonesia yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang SMA. Salah satu penyebabnya ialah keadaan ekonomi keluarga. Coin A Chance hadir memberi harapan baru kepada anak-anak untuk mendapatkan hak pendidikannya.
Coin A Chance adalah gerakan mengumpulkan koin yang kemudian akan ditukar dengan beasiswa sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu. Di Medan, Coin A Chance (CAC) sudah berdiri sejak tahun 2015.
Dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang kelima, CAC Medan menyelenggarakan Derma Kerincing dengan tema “From Nothing to Something, Let’s Send Those Kids Back to School”. Acara ini diselenggarakan melalui aplikasi Zoom meeting pada Minggu, (1/11). Beberapa narasumber dihadirkan dalam acara ini, di antaranya Hanny Kusumawati (Pendiri CAC), Nia K. Sadjarwo (Pendiri CAC), Karlina Denistia (CAC Jogja), dan Ardian Bayu (Brand Activation Specialist). Dalam kegiatannya pun banyak membahas mengenai bagaimana pengalaman dan perjalanan Coin A Chance yang sudah terbentuk sejak 2008.
“Niatan awalnya saya sama Hanny mau buat project bangun sekolah. Tapi karena keterbatasan dana, akhirnya kami cari jalan lain dengan membuat gerakan mengumpulkan koin,” ujar Nia.
Gerakan ini dimulai ketika masing-masing dari Nia dan Hanny membuka tabungan koin mereka yang berjumlah Rp 600.000. Uang tersebut akhirnya digunakan untuk membiayai satu anak yang putus sekolah.
“Yang pasti enam ratus ribu itu gak cukup, jadi tercetus untuk buat Coin Collecting Day secara konsisten. Kegiatan ini pertama kali kami buat di Plaza Semanggi. Hasilnya lumayan, koper seberat 15 kilogram dengan nominal koin mencapai Rp1.400.000,” jelas Hanny.
Uang-uang yang didapat dari Coinners (red: sebutan untuk para donatur) ini dapat menyekolahkan beberapa anak yang putus sekolah. Di Medan sendiri sudah ada 6 anak yang diberikan beasiswa sekolah oleh CAC Medan. Saat ini, dominan dari 6 anak tersebut sedang menduduki bangku SMP di masing-masing SMP yang berbeda.
Kurnia Dwi Cahyo selaku Ketua CAC Medan mengungkapkan bahwa ‘receh’ tidak selalu ‘remeh’. Di sini ia menegaskan bahwa bersedekah tidak selamanya sulit, tidak harus nunggu kaya, dan tidak harus banyak. “Akan ada selalu orang-orang baik untuk niat baik kita semua,” tambah Cahyo.
Hal ini senada dengan pemikiran Hanny Kusumawati yang mengungkapkan, “Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan selama kita masih diberi kesempatan”.
Banyak orang, media, dan perusahaan yang mendukung Coin A Chance ini. Yang awalnya hanya sebuah komunitas, kini CAC sudah menjadi sebuah yayasan bernama Yayasan Coin Anak Bangsa.
Melalui gerakan-gerakan yang diusung Coin A Chance, para masyarakat diharapkan dapat mengumpulkan koin-koin recehannya, yang kemudian akan ditukar dengan ‘sebuah kesempatan’ bagi anak-anak yang kurang mampu agar dapat menjadi something yang sebelumnya nothing.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)