Hits: 34
Yayang Prilli Wandari
Pijar, Medan. Komunitas Jelajah yang berkolaborasi dengan Museum Benteng Heritage dan Persaudaraan Pertiwi atau Peranakan Tionghoa Warga mengadakan Webinar pada Rabu (21/10) melalui platform Zoom meeting. Webinar yang mengusung tema “Indonesia dalam Keberagaman” ini dilaksanakan karena kita masih dalam suasana Hari Museum Indonesia 2020 dengan semangat Museum Solidaritas.
Webinar yang dimulai pada pukul 13.00 WIB ini dibuka dengan doa bersama dan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh peserta. Rangkaian acara selanjutnya diserahkan oleh moderator, yaitu Dr. Ciwuk Musiana Yudhawasthi M.Hum, yang merupakan Ketua Komunitas Jelajah.
Seminar daring ini menghadirkan tiga narasumber sekaligus. Narasumber pertama Prof. Dr. Syilviana Murni, S.H., M.Si yang merupakan Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah RI membahas terkait “Keragaman Indonesia”. Narasumber kedua Udaya Halim yang merupakan Kepala Museum Benteng Heritage membahas mengenai “Peranakan Tionghoa Tangerang (Cina Benteng)”. Dan narasumber ketiga, Sumardiansyah Perdana Kusuma yang merupakan Ketua Umum Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) membahas mengenai “Sejarah Mengajarkan Makna Kemajemukan: Pendidikan Sebagai Alat Transformasinya”.
Bangsa Indonesia memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Mengingat betapa kayanya Indonesia dalam hal keragaman, Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah dan beragam budaya. Namun, apakah semboyan Bhinneka Tunggal Ika masih ada pada jiwa kita selaku Bangsa Indonesia? Serta bagaimana pula cara kita mewujudkan persatuan dalam keragaman tersebut?
Keragaman sendiri memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat, di mana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut terdapat pada suku bangsa dan ras, agama maupun keyakinan, ideologi, situasi ekonomi, dan lain-lain. Maka dari itu bukan hanya pemerintah saja, melainkan juga sudah menjadi kewajiban masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan ditengah keberagaman ini.
“Beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai warga masyarakat untuk menjaga keragaman Indonesia, yaitu mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri. Kita harus memiliki sikap toleransi yang tinggi, saling menghormati, dan saling menghargai. Jangan saling menjatuhkan, namun jalinlah kebersamaan,” tutur Dr. Syilviana dalam menyampaikan materi.
Salah satu keragaman budaya yang saat ini sudah membaur di Indonesia yaitu penduduk Tionghoa. Di mana penduduk Tionghoa ini dapat kita temui di berbagai daerah Indonesia. Di Tanggerang misalnya, banyaknya penduduk Tionghoa membuat mereka memiliki panggilan sendiri bagi masyarakatnya. Panggilannya disebut Cina Benteng.
Sumardiansyah selaku Ketua Umum AGSI ini menjelaskan keberagaman bangsa Indonesia dengan berbagai karakteristiknya. “Kita mengenal yang namanya Pendekatan Lokal Genius atau kearifan-kearifan lokal. Di mana nilai-nilai budaya yang masuk dari luar tidak serta merta diterima begitu saja, melainkan kita terjemahkan dalam karakteristik kita. Seperti contohnya, banyak sekali kita lihat saat ini rumah-rumah ibadah atau masjid-masjid yang diakulturasikan dengan menara-menara Hindu,” jelasnya.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)