Hits: 46

Annisa Van Rizky

“Tidak ada orang di dunia ini yang ingin mengidap alergi debu atau asma. Orang dengan depresi yang memiliki pikiran bunuh diri pun tak pernah menginginkan kondisi tersebut.(hal.67)

Pijar, Medan. Tubuh, pikiran, dan emosi kita saling terhubung satu sama lain dan mekanismenya sangat kompleks dan sulit dipahami. Depresi jauh dari kata sederhana dan dapat dialami oleh setiap orang dengan cara yang berbeda. Depresi adalah isu kompleks yang menghubungkan kita semua sebagai manusia. Banyak stigma yang melabeli terkait depresi, sehingga mereka yang membutuhkan bantuan kesulitan untuk mendapatkan pertolongan.

Buku Loving the Wounded Soul adalah buku National Best Seller karya Regis Machdy yang terbit pertama kali pada September 2019. Buku ini membahas depresi secara komprehensif, penulis membahas depresi dari kacamata biologis (gen, struktur otak, neurotransmitter, dan bakteri), faktor internal (kepribadian, inteligensi, dan gender), faktor lingkungan (cuaca, makanan, dan budaya), serta faktor spiritual (iman, tujuan hidup dan cinta kasih).

Regis Machdy adalah salah satu pendiri platform Pijarpsikologi.org yaitu media informasi psikologi dan kesehatan mental di Indonesia. Pijar Psikologi sebagai sarana edukasi mengenai isu-isu kesehatan mental dan psikologi.

Regis kemudian menjelaskan tujuan dari tulisannya agar bisa saling berbagi terhadap mereka yang tertarik terhadap kesehatan mental. “Untuk menceritakan pengalaman saya sebagai manusia yang telah masuk ke palung jiwa paling dalam dan amat gelap, juga orang-orang lain yang telah mengunjungi palung itu. Mereka semua membagi cerita yang sama, tentang betapa batin manusia bisa sangat terluka dan keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Saya yakin, hal ini jugalah yang menjadi landasan para aktivis kesehatan mental di Indonesia melalui gerakan dan organisasinya masing-masing. Kami hanya ingin menyelamatkan jiwa-jiwa dari kesengsaraan dan duka.”

Yang menarik dari buku ini, Regis sang penulis merupakan salah satu penyintas depresi dan akademisi psikologi, ia menempuh pendidikan tinggi di jurusan psikologi dan mengambil gelar master di program Global Mental Health di Inggris. Regis sudah empat puluh dua kali ke psikolog dan psikiater untuk menjalani berbagai terapi. Ia juga dapat mengakses layanan konsultasi dan antidepresan gratis selama berada di Inggris. Regis merasa beruntung karena bisa menarik dirinya dari lubang depresi, walaupun menempuh perjalanan yang tidak mudah. Karena, tidak semua orang yang mengalami depresi bisa mendapatkan kesempatan itu dan bertemu orang-orang yang bisa menerima kondisi mereka.

Buku ini adalah sebuah kombinasi antara konsep psikologi yang sangat ilmiah dan cerita personal penulis. Sejak awal penulisan, Regis ingin menjadi jembatan antara dunia akademisi psikologi yang terlalu ilmiah dan masyarakat yang belum paham sekali mengenai kesehatan mental.

Buku ini terdiri dari 6 bab yaitu di bab pertama tentang memahami kesehatan mental, bab kedua yang membahas ciri-ciri dari depresi, bab ketiga yang membahas tentang siapa pun bisa depresi, bab keempat tentang faktor biologis (Gen, Struktur otak, seretonin, dan mikroba), bab kelima tentang faktor eksternal (Toxic relationship, kehidupan modern, budaya) serta bab keenam sebagai bab penutup yang membahas higher meaning dari kehadiran depresi itu sendiri.

Sebelum memulai bab tersebut, Regis juga menuliskan ‘cara menggunakan buku ini’ dan ‘daftar istilah’. Regis mengatakan bahwa pembaca tidak perlu membaca buku ini secara runtut dan tidak perlu menamatkan semua bab jika tidak sedang membutuhkannya.

Ia menyarankan pembaca untuk melihat daftar isi dan temukan bab yang membangkitkan rasa penasaran kita. tetapi tentu saja, jika kita membaca semua isi buku ini, pemahaman kita akan lebih komprehensif. Dan banyak istilah ilmiah yang dijumpai dalam buku ini. Oleh karena itu, Regis menyarankan untuk membaca sekilas daftar istilah agar terbantu melihat gambaran besar buku ini.

Di dalam buku ini dijelaskan bahwa depresi sendiri adalah suatu keadaan ketika kita tidak bisa mengendalikan pikiran dan perasaan. Segala konflik maupun kata-kata negatif yang pernah kita terima muncul begitu saja. Karena mood seseorang ketika depresi sangat negatif, kadang orang yang mengalami depresi tanpa sadar mencari-cari berbagai penyebab dengan mengakses kembali memori-memori pahit yang pernah terjadi.

Depresi, atau major depressive disorder (ganguan depresi mayor) adalah gangguan sauna hati yang berdampak pada penurunan kondisi emosi, fisik dan pikiran akibat kesedihan hampa, dan ketidakberdayaan berkepanjangan. Kondisi ini menetap minimal dua minggu berturut-turut. Depresi merupakan kumpulan kumpulan dari beberapa gejala seperti kehilangan nafsu makan, tidak memiliki harapan, dan gangguan tidur.

“Depresi bukanlah penyakit yang dapat sekali lalu pergi. Ia bersemayam dalam badan kita, bersembunyi dalam jiwa, dan menghancurkan kewarasan secara perlahan. Jika tidak menyadari dan melakukan sesuatu, lama kelamaan kita tak mampu lagi mengendalikan pikiran dan emosi kita serta terjebak pada lubang hitam yang sama.(hal. 37)

Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang

Leave a comment