Hits: 34
Star Munthe
“Aliran musik memang ibarat roda—akan ada waktu di mana ia akan mati dan lahir kembali. Tapi apakah sekarang sudah waktu yang tepat untuk mengembalikan kejayaan disko?”
Pijar, Medan. Diskoria dengan single keduanya yang berjudul “Serenata Jiwa Lara” sukses menarik perhatian banyak kalangan dengan dibuktikan oleh jumlah penonton yang mencapai lebih dari 3,5 juta sejak perdana tayang pada 17 Maret 2020 hingga 29 Juni 2020 melalui video musik yang dipublikasikan di kanal Youtube Suara Disko.
Komentar di kanal Youtube Suara Disko mencapai lebih dari 8,6 ribu dengan berbagai respon yang berbeda. Pada beberapa komentar, ada yang mengungkapkan bahwa Diskoria melalui “Serenata Jiwa Lara” terbilang sukses untuk mengembalikan kembali vibes era 80-an. Tapi, apakah benar begitu?
Diskoria seperti namanya memang memiliki pembawaan musik khas disko yang besar dia era 80-an, irama bass yang terkesan funky, dan seolah menuntun tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan kecil lalu menari.
Namun terus terang, “Serenata Jiwa Lara” memang mengirimkan sedikit potongan memori 80-an, era di mana sebagian pendengarnya saat ini barangkali belum lahir. Musik seolah memiliki magis untuk menciptakan nostalgia masa lalu.
Tapi untuk membandingkan “Serenata Jiwa Lara” dengan lagu city pop yang unggul, Diskoria masih butuh waktu untuk dikatakan bagus dan bisa menjadi pembangkit era disko dan menggeser trend aliran folk.
Seperti industri musik pada umumnya, Diskoria mengangkat tema patah hati pada lagu tersebut. Karena dalam dunia musik, patah hati memanglah komoditas. Tapi perpaduan lirik yang galau dengan irama yang menari, Diskoria dan setiap musisi city pop seolah menciptakan suasana ‘patah hati tak pernah semenyenangkan ini.’
“Bilang-bilang sayang lalu hilang tanpa baying…”
Kutipan lirik di atas merupakan kata yang menggambarkan cerita yang disampaikan pada “Serenata Jiwa Lara”. Keadaan hati yang sedih karena menjadi sendiri lagi setelah ditinggalkan oleh cintanya.
Diskoria memang sukses menciptakan disko ala city pop, tapi Dian Sastrowardoyo tidak. Pada video musik di Youtube, Suara Disko menampilkan Dian Sastro yang begitu menawan dengan pakaian ala 80-an—tapi untuk suara, Dian Sastro seolah tak benar-benar tenggelam ke dalam musiknya dan gagal sebagai leads vocals.
Dian Sastro sempat mengaku merasa dikerjai saat ia baru datang ke studio. Seolah pengerjaan musik ini tidak disusun secara matang dan terkonsep. “Jadi gue tiba-tiba hadir di studio rekaman yang mana lagunya kayak baru dengerin satu dua kali dan itu belum gue hafalin,” ujar Dian Sastro yang dikutip dari PikiranRakyat.com.
Lebih dari itu, peran Dian Sastro seolah lebih kuat pada sosok promotor yang menarik perhatian publik untuk menonton atau mendengar musik ini daripada menjadikan suaranya senyawa dengan nada yang dilahirkan.
Kehadiran Dian Sastro dalam kolaborasi ini bukan semata untuk menaikkan pamornya sebagai sosok yang multi-talenta. Melalui Kompas.com, Dian Sastro mengaku tertarik untuk bergabung dalam project tersebut karena mereka menemukan kesepakatan bahwa keuntungan lagu ini akan dibagikan ke Yayasan Irama Nusantara. Sebelumnya, Dian mengaku sudah lama bergelut dalam dunia musik. Ia mengaku pernah menjadi anak band, yang pada akhirnya tak ia geluti.
Musik yang diproduseri oleh Laleilmanino ini benar-benar serius mencoba mengedepankan unsur pop pada “Serenata Jiwa Lara”. Pop memang sejatinya lebih kepada penggunaan alat musik analog dibandingkan elektrik, maka dari itu tampak pada video klip bahwa konsepnya adalah band.
“Itu lebih ke tantangan buat kami aja karena kami sadar basic-nya diskoria itu pop, bukan yang kayak elektronik banget. Di mana-mana musik pop itu kan pengerjaannya kayak band, analog,” ujar Merdi yang dikutip dari Hot.Detik.com.
Adapun komposisi band diisi oleh: Dian Sastro sebagai lead vocals, Fadli pada bass, Merdi pada drum, Arya pada gitar dan sebagai vocals, Ilman pada keyboard dan vocals, serta ada Anindyo sebagai vocals.
“Serenata Jiwa Lara” mencoba membawa penonton kembali ke dekade 80-an, di mana disko besar dan menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Dengan eskperimen yang kurang matang, Diksoria sejatinya belum berhasil membangkitkan kejayaan city pop melalui musiknya, melainkan hanya kuat dalam segi visual 80-an.
“Serenata Jiwa Lara” apabila hanya untuk easy listening dan menjadi musik untuk menari sudah lumayan baik. Barangkali apabila dibalut dengan vokal yang mampu mendominasi seperti yang dilakukan Mariya Takeuchi pada “Plastic Love”, akan mampu menciptakan sensasi tersendiri pada lagu “Serenata Jiwa Lara”.
(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)