Hits: 67
Samuel Sinurat
Pijar, Medan. Nai Arsik atau yang lebih kita kenal dengan Arsik adalah olahan kuliner khas suku Batak Toba yang memiliki komponen gurih, manis, dan pedas pada bumbunya. Nai Arsik biasanya disajikan pada acara-acara keluarga seperti pernikahan atau menyambut kelahiran anggota keluarga baru.
Bumbu Nai Arsik dibuat dari bahan rempah-rempah yang kaya rasa. Nai Arsik memiliki arti ikan yang akan dimasak terus menerus sampai kuahnya kering, maksudnya ialah bumbu akan dioles dan diselipkan ke dalam perut ikan mas yang sudah dibelah serta dibersihkan isi perut ikan mas agar menyerap ke ikan mas tersebut.
Kuliner ini memiliki cerita yang panjang dalam proses penyajiannya. Menurut Vita Datau Messakh Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AMI), Nai Arsik adalah makanan yang menjadi bagian dari adat Batak dan memiliki cerita dari mulai kelahiran, perkawinan, hingga meninggal. Nai Arsik penting dalam upacara adat Batak, karena terkait dengan siklus kehidupan. Angka ganjil mempunyai arti sendiri dalam acara adat hantaran ikan arsik di mana jumlah ikan mempunyai makna.
“Satu ekor diperuntukan bagi pasangan yang baru menikah. Tiga ekor diperuntukan bagi pasangan yang baru mempunyai anak. Lima ekor diperuntukan bagi pasangan yang baru mempunyai cucu. Tujuh ekor diperuntukan bagi pemimpin bangsa Batak. Itu adat mereka,” ungkap Vita Datau yang juga merupakan Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kementrian Pariwisata dilansir dari CNNIndonesia.com.
Untuk memberikan Nai Arsik ini, terdapat aturan yang perlu dipatuhi. Tidak sembarang orang bisa memberikan Nai Arsik. Hanya hula-hula atau kerabat dari pihak istri saja yang boleh memberikan, baik itu orang tua kandung, saudara laki-laki pihak istri, atau komunitas marga pihak istri. “Karena kuatnya budaya di makanan ini maka pemilihan ikan mas atau dekke mas juga sangat khusus, yang terbaik ikan mas berwarna merah,” papar Datau yang dikutip dari CNNIndonesia.com.
Membuat Nai Arsik ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Untuk membuat Nai Arsik diperlukan bahan-bahan antara lain ikan mas, mujair, atau nila dan kemudian ditambah rempah-rempah untuk menambah cita rasa seperti andaliman, bawang merah, bawang putih, cabai merah dan jahe, kacang panjang, kecombrang muda (batang dan bunganya), asam cekala, asam gelugur, daun jeruk, daun salam, kemiri dan kunyit, lengkuas dan serai, bawang batak, jeruk nipis, garam dan cabai merah besar.
Untuk cara memasaknya, pertama-tama ikan mas dilumuri dengan air perasan jeruk nipis serta garam dan dibiarkan hingga satu jam. Kemudian, sangrai kemiri dan kunyit, lalu diulek sampai halus. Bahan berupa andaliman, bawang merah, bawang putih, cabai merah dan jahe digiling sampai halus. Untuk bunga rias dipotong dari batangnya kecil-kecil dan memarkan.
Selanjutnya, geprek asam cekala, lengkuas, dan serai. Potong kacang panjang sesuai selera dan gabungkan bawang Batak dengan kacang panjang. Sedangkan dua pertiga dari gabungan bawang batak dan kacang panjang lainnya, selipkan ke dalam perut ikan mas. Sisanya direbus bersama bumbu tata kulit batang bunga rias sebagai alas ikan di dalam belanga. Gunanya, untuk mencegah ikan gosong saat diarsik. Selanjutnya, letakkan Ikan mas tepat di atas batang bunga rias tadi dan taburi kacang panjang serta bawang Batak.
Setelah itu, masukkan seluruh bumbu yang telah dilumat dengan ditambahkan air secukupnya pada belanga hingga ikan mas terendam. Taburi potongan batang dan bunga rias dan belanga agar air lebih cepat mendidih. Pastikan nyala api tidak terlalu besar dan tidak kecil. Bila air dalam belanga tinggal sedikit, taburi dengan bawang Batak dan kacang panjang serta potongan cabai merah. Kecilkan nyala api dan biarkan hingga air dalam belanga hampir kering. Nai Arsik pun akan matang dan siap untuk disajikan.
Untuk harga, seporsi Nai Arsik ditentukan oleh ukuran porsinya. Untuk ukuran besar seharga Rp42.000 dan untuk porsi kecil seharga Rp30.000. Bagi yang ingin mencicipinya, Nai Arsik dapat kita jumpai di rumah makan khas Batak dan akan sangat cocok apabila sobat Pijar nikmati bersama dengan teman serta keluarga.
(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)