Hits: 55

Siti Halimah

Pijar, Medan. Sabtu (29/09) Teater Enceng Gondok baru saja menggelar pementasan tunggal kesepuluh dengan judul Ssst… sebuah naskah karya Ronald Tarakindo. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara dengan melibatkan 32 pelakon.

Diam adalah kehidupan, Suara adalah kematian, merupakan tagline yang diambil oleh Teater Enceng Gondok. Sebuah kisah yang menceritakan sekelompok rakyat yang akan membongkar kebenaran kota untuk terbebas dari kehidupan kelam. Kota Bisu, dipimpin oleh walikota yang serakah dan para masyarakat yang bisu. Masyarakat kota ini tidak diizinkan mengeluarkan suara, apabila mereka mengeluarkan suara maka kematianlah yang menghampiri mereka.

“Cerita ini merupakan sebuah cerita baru yang belum pernah dipentaskan, para pemain menyiapkan pementasan ini kurang lebih selama satu bulan lamanya, berharap kedepanya Teater Enceng Gondok akan lebih bagus lagi, semakin banyak yang menyukai serta dipercayai banyak orang,” tutur Dimas selaku ketua panitia pementasan Teater Enceng Gondok

Taeter ini dibuka dengan penampilan band, para pemain merupakan siswa SMA Negeri 4 Medan dari berbagai tingkatan. Pengemasan yang sangat apik membuat para penonton yang mayoritas anak SMA tertarik menontonya, diselipkan dengan dialog yang membuat tawa, dan juga penampilan spesial dari pelatih Teater Enceng Gondok yang memerankan dukun tua menambah kemeriahan dari pementasan ini.

“Baru pertama kali melihat penampilan Teater Enceng Gondok dan merasa terkesan. Pementasan ini sangat bagus, para pemain sangat menjiwai karakternya, berharap pertunjukan teater seperti ini akan terus berlanjut, dan terus menyuguhkan penampilan yang bagus,” ucap Sautri Manur salah satu penonton.

Teater Enceng Gondok sendiri merupakan sebuah organinasi dari SMA Negeri 4 Medan, didirikan pada 9 Januari 2005 dan kini beranggotakan kurang lebih 40 anggota dari berbagai tingkatan, dilatih oleh tiga pengajar yaitu Ronald Tarakindo, Haykal Abimayu, dan Heri Andika.

 

Leave a comment