Hits: 177

Puspita Oktarinanda/ Nurul Matondang

Ira Madanisa, seorang wanita berumur 29 tahun yang merupakan penulis dari novel Cahaya Cinta Pesantren. Hobi menulis dimilikinya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketertarikannya di dunia menulis berawal dari kebiasaannya menulis buku harian dan juga menulis cerita dalam bentuk percakapan ringan.

Wanita yang akrab disapa Ira Madan ini menekuni dunia novel mulai tahun 2007 dimana ia masih duduk di bangku kuliah. Kegagalan demi kegagalan sering dirasakannya. Ira mulai mencoba untuk mengajukan tulisannya kepada penerbit pada tahun 2008 namun berulang kali mengalami penolakan. Ira mengatakan bahwa banyak gagal berarti banyak pengalaman dan dari suatu penolakan pasti mendapatkan pelajaran baru seperti mendapatkan masukan dari editor yang berbeda.

Memiliki keyakinan dan tekun dalam berusaha membuatnya mendapatkan tawaran menarik yaitu salah satu karya novelnya yang berjudul Cahaya Cinta Pesantren dibuat menjadi sebuah film layar lebar. “Ketika itu sutradara mencari novel disalah satu toko buku dan kebetulan melihat novel saya. Merasa tertarik pada akhirnya sutradara menawarkan perjanjian bahwa novel saya akan difilmkan karena ini merupakan pengalaman pertama saya, tanpa berpikir panjang langsung saya setujui” ujar Alumni Pasca Sarjana FMIPA USU. Film Cahaya Cinta Pesantren membuat namanya menjadi terkenal hingga ke seluruh Indonesia. Ira berharap semoga kedepannya karir dalam dunia kepenulisan dapat lebih sukses lagi.

Selain novel Cahaya Cinta Pesantren 1 dan 2, Ira juga menulis buku “Ha NahnuDza” yang artinya” Inilah kami” yang masih dalam tahap editing. “Mungkin dua atau tiga bulan lagi sudah beredar di toko buku terdekat di masing-masing kota di Indonesia dan novel ini juga menceritakan tentang kehidupan pesantren seperti novel sebelumnya, namun dari sisi kehidupan adiknya,” kata Ira.

Disela-sela kesibukannya menjadi penulis, mengisi seminar atau talkshow, menjadi pemateri dalam pelatihan kepenulisan, dan menjadi Staff pengajar resmi Matematika di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, namun ia tetap memprioritaskan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan menjadi seorang istri. “Saya meyakini bahwa kemana saya pergi dan apapun yang saya lakukan, jika ingin lancar dan sukses haruslah dengan izin suami dan niat demi kebaikan anak saya,” ungkapnya.

Ia meyakini bahwa setiap makhluk Tuhan layak untuk mendapatkan kesuksesan karena bukankah Tuhan itu adil. Tergantung usaha yang dilakukan karena sukses itu relatif dan setiap orang memiliki waktunya tersendiri dengan terus percaya bahwa akan ada panggilan sukses pada satu titik untuk mendapatkannya. Jika gagal coba lagi dan terus coba lagi meskipun waktu yang dibutuhkan harus bersabar bertahun-tahun.

Ira berharap untuk generasi muda saat ini tetap terus belajar, jangan malu mengintropeksi diri serta jangan pernah berkenalan dengan yang namanya putus asa karena keberhasilan itu datang di waktu yang tak terduga jadi tetaplah berusaha untuk menjadi yang terbaik.

 

Leave a comment