Hits: 10

Medan, Pijar.  Adalah Ikrami Muhammad Habibi Angkat, penggelut dunia film dokumenter ini menganggap bahwa kepuasaan dalam hidupnya ialah ketika pesan dalam video itu dapat tersampaikan, apalagi kalau bisa sampai mengubah persepsi tentang hal yang di angkat. Sejak tahun 2012 ia sudah bergabung dengan stasiun TV Nasional DAAI TV sebagai salah satu editor dalam acara Selasar Budi.

Ikram bercerita sekilas  tentang dunianya. Berawal di tahun 2010, saat ia belajar di Universitas Sumatera Utara Jurusan Ilmu Komunikasi, pada mata kuliah Perencanaan Komunikasi dosennya menugaskan agar mengumpulkan slide photo untuk di jadikan video. Ikram yang saat itu hanya  menggunakan kamera handpone dengan  kualitas gambar dua  megapixel,  mendapat apresiasi tinggi dari dosennya. Hal itulah yang mengawali ketertarikannya terhadap dunia film.

 Ketertarikan itu semakin terangsang ketika mengambil mata kuliah Manajemen TV dan Radio. Pada mata kuliah ini  dosennya  memberi tugas untuk membuat film dokumenter.  Disinilah ia mengenal cara membuat skrip dan akting.

 “Tapi sampai habis satu semester filmya pun enggak siap,”celoteh ikram sambil tertawa. Kegagalan ini semakin membuat Ikram termotivasi untuk terus belajar membuat Film dokumenter meskipun  secara otodidak. Ia banyak melihat hasil-hasil video menarik di internet.Usahanya tak sia-sia. Bermodalkan kamera DCR SR 600 yang di dapat dari hasil tabungan dan bantuan orangtuanya serta diiringi dengan semangat dan kemauan yang tinggi, akhirnya Ikram berhasil menjadi Juara 3 Festival Danau Toba pada tahun 2011 dan Juara 1 pada Festival 2012 yang kala itu di ikuti Movie maker Handal nasional lainnya.

Ikrami Muhammad Habibi Angkat, penggelut dunia film dokumenter ini menganggap bahwa kepuasaan dalam hidupnya ialah ketika pesan dalam video itu dapat tersampaikan, apalagi kalau bisa sampai mengubah persepsi tentang hal yang di angkat. Foto : Rahmat Utomo

 Tidak ingin serakah dengan ilmunya, Ikram pun berbagi Ilmu dengan juniornya di kampus. Ia bergabung di Komunitas Film Magacine, hasilnya pun cukup mengejutkan. Ikram bersama  Magacine menjadi Juara 1 film Dokumenter Tingkat Nasional pada acara Festival Jurnalistik Tingkat Nasional yang diadakan di Sumatera Utara pada tahun 2011.

 Ketika diwawancarai mengenai kendala yang dihadapi saat membuat film, Ikram mengatakan bahwa tidak ada teman yang bisa diajak. Yang agak serius pun sulit ia dapati. “Makanya sekarang aku buat film sendiri, film lepas aja,” ujarnya.

Pria kelahiran 28 Desember 1988 ini mengaku tujuannya awalnya membuat film adalah agar karyanya diapresiasi oleh orang lain dan mampu menambah pengetahuan dan wawasan orang yang melihatnya. Baginya setiap film dokumenter yang dibuatnya merupakan gambaran kehidupan nyata yang berisi banyak hal. Target Ikram selanjutnya ialah terus berkarya dengan film – film dokumenter yang dibuatnya dan mengedukasikan film terhadap siswa maupun mahasiswa yang menyukai film. Ia menyarankan kepada movie maker pemula, khususnya film dokumenter, agar  jangan pernah malu dan terus berlatih agar dapat membuat film dengan baik,’’ tutupnya. [RU]

Leave a comment